Waspadai Inflasi Biaya Pendidikan

Tekanan inflasi tahun ini jatuh ke level yang amat rendah. Namun, kenaikan harga beberapa bahan makanan akhir-akhir ini mulai menimbulkan kekhawatiran. Sebenarnya ada kenaikan harga yang lebih mengkhawatirkan, yakni kenaikan biaya pendidikan.

Kenaikan biaya pendidikan sebenarnya dapat memengaruhi daya saing kita pada perekonomian global. Sayangnya, perhatian pada hal tersebut masih amat kurang.

Tekanan inflasi tahun ini memang amat rendah. Sampai dengan bulan Juli lalu inflasi tahun berjalan baru mencapai 0,66 persen dan laju inflasi tahunan berada pada kisaran 2,7 persen saja.

Namun, faktor musiman Ramadhan dan Lebaran mulai memperlihatkan dampaknya. Harga-harga bahan pangan pun mulai bergerak naik.

Harga gula, misalnya, sudah mengalami kenaikan yang amat signifikan, seolah tidak mau ketinggalan tren kenaikan harga di bulan Ramadhan ini.

Akibatnya, inflasi pada bulan Agustus diperkirakan mencapai sekitar 0,59 persen.

Walaupun demikian, tampaknya kenaikan harga bahan pangan karena faktor musiman Ramadhan dan Lebaran kali ini tidak akan membuat inflasi menjadi tidak terkendali.

Diperkirakan laju inflasi sampai akhir tahun masih akan berada di bawah 4 persen. Dengan demikian, rasanya Bank Indonesia masih cukup leluasa untuk mempertahankan suku bunga acuan BI (BI Rate) pada level yang rendah sepanjang tahun ini.

Namun, tetap saja kenaikan harga pangan akhir-akhir ini telah membuat banyak kalangan mengeluh. Hal ini cukup masuk di akal mengingat kenaikan harga pangan amat memengaruhi kehidupan kita sehari-hari.

Bila dilihat lebih mendalam, kenaikan biaya pendidikan selama ini ternyata jauh lebih tinggi daripada kenaikan harga secara umum, ataupun kenaikan harga bahan makanan.

Bila dibandingkan dengan level pada tahun 2000, kenaikan biaya pendidikan sampai dengan bulan Juli tahun 2009 sudah mencapai di atas 200 persen.

Hal ini terlihat dari indeks biaya pendidikan pada Juli lalu yang mencapai 327 (dengan tahun dasar 2000 > 100).

Kenaikan ini jauh di atas kenaikan harga pangan di mana indeks harganya naik ke 222 dalam periode yang sama (inflasi sebesar 122 persen).

Juga jauh lebih tinggi dari kenaikan harga secara umum, yang indeks harganya naik ke level 215 (inflasi sebesar 115 persen) dalam periode yang sama (gambar 1).

Jadi, tanpa kita sadari, kenaikan biaya pendidikan ternyata jauh lebih tinggi daripada kenaikan harga pangan yang terjadi selama ini. Kurang terkendalinya kenaikan biaya pendidikan membuat pendidikan menjadi amat mahal, terutama bagi kalangan bawah.

Melihat tren kenaikan yang masih terjadi dalam lima tahun terakhir, tampaknya program-program untuk membantu sektor pendidikan kita belumlah memberikan hasil yang memuaskan dalam hal menekan kenaikan biaya pendidikan.

Dengan kenaikan yang sedemikian tinggi mengapa masyarakat tidak terlalu mengeluh?

Memang, kadang-kala ada juga media yang memberitakan kenaikan biaya yang tinggi di sektor pendidikan.

Akan tetapi, isu tersebut tampak kurang cukup seksi dan segera hilang dalam waktu yang relatif singkat. Mungkin memang berita di sektor pendidikan tidak semenarik berita-berita politik atau berita-berita ekonomi.

Namun, mungkin juga masyarakat memang menganggap pendidikan adalah suatu kebutuhan yang mendasar sehingga tidak terlalu mengeluh walaupun biayanya mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

Bisa juga mereka merasa keluhan mereka selama ini kurang ada yang mendengarkan, yang membuat mereka merasa percuma untuk mengeluh lagi.

Walaupun demikian, bukan berarti kita boleh melupakan kenaikan biaya yang relatif tinggi tersebut. Sebagian besar ekonom dunia menyadari bahwa suatu negara harus memiliki sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih agar dapat bersaing pada era globalisasi ini.

Sumber daya alam yang berlimpah tidak serta-merta membuat suatu negara menjadi memiliki daya saing yang baik bila tidak dibarengi oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, pendidikan harus dapat dijangkau oleh sebagian besar masyarakatnya.

Kenaikan biaya pendidikan yang tinggi dan terus-menerus tentu bukanlah pertanda yang baik.

Negara-negara tetangga kita tampaknya sudah lebih memahami hal-hal tersebut. Usaha-usaha untuk meningkatkan kinerja sektor pendidikan dan menekan kenaikan biaya pendidikan tampaknya sudah lama dilakukan.

Dalam hal menekan kenaikan biaya pendidikan, mereka tampaknya lebih berhasil daripada kita. Hal ini, antara lain, terlihat dari relatif rendahnya kenaikan biaya pendidikan di negara-negara tetangga kita.

Di Malaysia, misalnya, indeks harga biaya pendidikan di sana hanya naik ke 117 pada bulan Juli 2009 dari level 100 pada tahun 2000.

Jadi, biaya pendidikan di sana hanya mengalami kenaikan sebesar sekitar 17 persen dalam sembilan setengah tahun terakhir (gambar 2).

Di Thailand, kenaikan biaya pendidikan bahkan lebih rendah lagi. Sampai dengan bulan April 2009, biaya pendidikan di Thailand hanya mengalami kenaikan sebesar sekitar 11 persen dibandingkan dengan level pada tahun 2000.

Dalam tiga bulan terakhir biaya pendidikan di sana bahkan menurun. Bila dibandingkan dengan level pada tahun 2000, pada bulan Juli 2009 indeks harga biaya pendidikan di Thailand justru berada pada level sekitar sebesar 11 persen lebih rendah (pada level 89).

Keseriusan negara lain

Penurunan indeks harga biaya pendidikan yang tajam terjadi pada bulan Mei 2009. Keseriusan negara tetangga kita dalam mendukung sektor pendidikannya terlihat dari alokasi anggaran yang cukup besar di sektor pendidikan mereka.

Thailand, misalnya, untuk tahun 2009 ini mengalokasikan sekitar 27 persen dari anggarannya untuk sektor pendidikan.

Program pendidikan di Thailand terlihat amat agresif. Pada triwulan pertama tahun ini, Pemerintah Thailand mencanangkan program pendidikan gratis 15 tahun (dari tingkat taman kanak-kanak sampai tingkatan SMA).

Sekitar 11,8 juta pelajar akan mendapat akses ke pendidikan gratis tersebut. Program tersebut mencakup biaya sekolah gratis, buku gratis, peralatan pendidikan gratis, baju seragam gratis dan pembiayaan untuk aktivitas rekreasi.

Selain itu, sekitar 70 persen dari iuran sekolah pendidikan tingkat tinggi akan dibayar juga oleh negara. Jadi, tidaklah mengherankan kalau pada bulan Mei lalu indeks harga biaya pendidikan di Thailand mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Sementara itu, Malaysia juga tampak cukup agresif dalam mendorong sektor pendidikan mereka. Sekitar 20 persen dari anggaran mereka dialokasikan untuk sektor pendidikan.

Sebenarnya Indonesia juga sudah melakukan langkah yang cukup agresif untuk membantu sektor pendidikan.

Saat ini sekitar 20 persen dari APBN kita dialokasikan untuk sektor pendidikan. Program- program bantuan pemerintah untuk sekolah ataupun untuk siswa sudah banyak yang dicanangkan.

Kita pun bahkan sudah sering mendengar promosi program sekolah gratis, baik di media cetak maupun di media elektronik.

Namun, tampaknya efisiensi pelaksanaan program-program pemerintah tersebut perlu ditingkatkan lagi karena dampak program-program tersebut terhadap biaya pendidikan belumlah terlalu signifikan.

Kenaikan biaya pendidikan tampak masih tinggi. Pada masa datang, kita harus memerhatikan hal ini dengan lebih saksama. Program-program di sektor pendidikan harus dimonitor dan dievaluasi terus-menerus agar masalah yang ada dapat diatasi dan biaya pendidikan di sini tidak naik secara terlalu signifikan lagi.

Laju inflasi tahun ini tampaknya akan tetap terkendali. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada yang harus kita waspadai. Kenaikan biaya pendidikan yang terlalu tinggi harus dikendalikan. Bila tidak, Indonesia akan mengalami penurunan daya saing jangka panjang yang signifikan.

Kompas

Artikel Terkait

Tags:

Posted in Biaya Pendidikan



Leave a Reply