Lulus UN 100 Persen tanpa Bantuan Guru

Bank Soal UN Gratis
Download Soal UN plus pembahasan dibuat oleh para pengajar handal

Bisnis Investasi Lexus Venture
Pelajari bisnis investasi yang menguntungkan yang bisa meningkatkan financial Anda

Gratis Bank Soal Matematika
Koleksi Lengkap Soal UN, SNMPTN, UMB, Simak UI, UM Undip, SMBB Telkom, UM Undip, UM UPI

Informasi Ujian Nasional 2012
Informasi Ujian Nasional 2012 disertai dengan Latihan Soal UN 2012

Latihan Soal Snmptn 2012
Koleksi Latihan Snmptn 2012 dan Soal-soal Snmptn plus Pembahasan Lengkapnya

Latihan Soal UN 2012
Download Latihan Soal UN 2012 untuk SD/MI,SMP/MTs, SMK, SMA/MA

Bank Soal
Bank Soal UN dan Seleksi PTN Lengkap

Lulus UN merupakan keinginan seluruh siswa sedang Lulus Ujian Nasional 100 persen adalah target satuan pendidikan yang harus diimbangi oleh kerja keras dan kerja sama. Kami sampaikan salah satu kisah sukses dari mereka yang Lulus UN 100 Persen tanpa Bantuan Guru. Mereka adalah anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Sabah, Malaysia. Mereka bersekolah dengan tekun di Pesantren Hidayatullah sehingga bisa mendapatkan prestasi yang menggembirakan. Meskipun jauh dari orang tua tak membuat mereka kendor belajar. Saat ujian nasional (UN), siswa SD dan SMP di Pesantren Hidayatullah Nunukan Selatan bisa lulus.100 persen.

“Alhamdulillah mereka lulus tanpa dibantu guru mengerjakan soal ujian nasional,” ujar Kepala SMP IT Nur Islam Hidayatullah, Nunukan Selatan, Syahroni SPdi.

Bukan rahasia umum lagi, sejumlah sekolah melibatkan guru-guru untuk membantu mengerjakan soal-soal yang diberikan peserta UN. Namun di sekolah dalam lingkungan Pesantren Hidayatullah, hal itu ditentang keras para pengajarnya.

“Kami mau membuktikan kalau lulusan di sini juga tidak kalah bersaing dengan sekolah di luar. Kan selama ini image-nya ujian dibantu guru. Kita ingin tanamkan karakternya, kami tidak bantu kerjakan soal, kalau tidak lulus biar saja tidak lulus. Biar saja berapa tahun tidak lulus tidak masalah,” kata Irsan, salah seorang guru.

Agar peserta UN bisa lulus, tentu pihak sekolah punya trik khusus. Mereka memberikan jam tambahan belajar dan itu sangat memungkinkan karena para murid tinggal di asrama. Satu hal yang juga ditekankan, hasil akhir dari usaha yang mereka lakukan tetap ditentukan Tuhan.

“Artinya mereka menyiapkan diri berdoa sambil berusaha. Akhirnya sudah menjadi tradisi seperti ini,” ujarnya.

Saat anak duduk di kelas tiga SMP dan kelas enam SD, menu makanan yang diberikan juga berbeda. Gizi semakin ditingkatkan agar kondisi fisik menghadapi ujian menjadi semakin baik.

“Kemudian ibadahnya, kita sholat tahajud, puasa sunnahnya Senin Kamis kita aktifkan. Artinya di sini sudah menjadi budaya kita,” ujarnya.

Membiarkan anak mandiri mengerjakan soal UN merupakan salah satu bentuk ketulusan mereka untuk membentuk karakter peserta didik bukan hanya untuk tujuan transfer ilmu.

“Pernah ada guru yang tanya, apakah anak-anak tidak dilihat mengerjakan soal ujian? Saya katakan kami mengajar karena panggilan ketulusan, kita tidak bisa hanya mengejar target akhir bulan terima gaji, akhirnya pembentukan karakter hilang, akhirnya hanya transfer ilmu,” ujarnya.

Ketulusan inipula yang mengundang sejumlah orangtua anak didik di Nunukan memilih memasukkan anak-anaknya untuk bersekolah di Pesantren Hidayatullah.

“Saya tanya apakah bapak siap kalau anaknya diasramakan? Dia bilang Nunukan apa lagi yang bisa saya lihat? Sudah rusak mental anak-anak. Dia ingin ilmu agama ditingkatkan di sini,” ujar Syahroni.

Diakui selama ini di Nunukan sulit meyakinkan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di pesantren. Karena opini yang terbentuk bersekolah di pesantren ijazahnya tidak bisa digunakan untuk menjadi pegawai negeri dan mencari pekerjaan. Ada yang menilai bersekolah di pesantren tidak ada masa depan.

“Makanya yang pertama kami lakukan di sini, sebagaimana mestinya pesantren pada umumnya yang afiliasi ke Kementerian Agama, kalau kita dari TK sampai Aliyah malah afiliasi ke Kementerian Pendidikan Nasional kurikulumnya. Ini untuk membangun image,” ujarnya.

Selain melayani anak-anak bersekolah di Nunukan, Pesantren Hidayatullah juga menurunkan guru-guru untuk mengajar anak-anak TKI di Kunak, Sabah, Malaysia. Bahkan sejumlah anak sudah mengikuti ujian paket A yang digelar di Tawau.

“Kita memang sosialisasinya masih belum terlalu gencar. Karena tahun depan kita sudah menerapkan sistem SMP boarding school. Ketika ini kita publikasi di luar secara besar-besaran, nanti yng masuk malah membludak. Apalagi di sini semua digratiskan, siapapun yang masuk bukan hanya anak TKI kita gratiskan. Nanti malah kita yang tidak siap di dalam,” katanya.

Related Articles

Tags:

Posted in UN 2012



Leave a Reply